Representasi
IPNU-IPPNU di Tengah-Tengah Masyarakat
(Rifki Arwanto)
Sejak kelahirannya, IPNU-IPPNU sudah
dipersiapkan untuk menjadi wadah yang bisa mengikat seluruh generasi
muda Nahdlatul Ulama terutama yang masih termasuk usia-usia pelajar di seluruh Indonesia
tanpa terkecuali. Namun realita yang terjadi
sekarang ini justru pihak-pihak yang butuh perhatian khusus malah tidak
tersentuh. Sebagai organisasi pelajar, seharusnya IPNU-IPPNU mampu menjadi
solusi bagi setiap permasalahan yang menimpa pelajar. Tapi apa daya, sedikit
responpun sering tidak keluar dari IPNU-IPPNU atas problem yang melanda dunia pelajar. Jadi, harapan kedepan
adalah IPNU-IPPNU yang bisa mengawal pelajar
agar setiap problem kepelajaran IPNU-IPPNU lah solusinya.
Kata pelajar yang disandang IPNU-IPPNU dalam masyarakat menjadikan
pandangan lebih bagi aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Kata “terpelajar”
seolah-olah menjadi suatu tuntutan tersendiri atas apa yang dilakukan oleh sang
aktor dalam masyarakat. Dengan kata lain, sosok yang muncul harus mampu menjadi
panutan dalam kehidupan bermasyarakat.
Disiplin gerak yang belum bisa dijalankan IPNU-IPPNU dalam ranah
kaderisasi menjadikan pasang surut baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
IPNU-IPPNU yang kurang merepresentasikan kaum pelajar pada umumnya, khusunya
pelajar yang tidak punya background NU. Sehingga kurangnya apresiasi dari
masyarakat dan cenderung tidak respon karena selalu di kotak-kotakan
keintelektualitasanya.
Bertolak dari permasalahan itu semua, secara historis gerakan nahdlatul
ulama lahir dari pesantren. Modal yang cukup besar dari IPNU-IPPNU bagi kadernya untuk menjadi
sosok yang bisa diharapkan dan diandalkan dengan menonjolkan citra diri dari
IPNU-IPPNU. Karakter khusus generasi muda ASWAJA sudah cukup kuat untuk
mengerahkan kader-kader IPNU-IPPNU dalam pertempuran diera globalisasi ini.
Dengan karakter bersikap mabadi khairu ummah yang meliputi :
-
As-Shidqu
-
Al-Amanah Wal Wafa’ bil Ahdi
-
Al-Adlu
-
Al-Taawun
-
Al-Istiqomah
Serta karakter berperilaku ASWAJA yang menjadi landasan IPNU-IPPNU yang
meliputi :
1. Landasan beragama yang mendasarkan ucapan, perilaku, serta pikiran pada
Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
2. Landasan bermasyarakat dengan menampilkan nilai-nilai :
-tawasuth dan I’tidal
-tawazun
-tasamuh
-amar ma’ruf nahi mungkar
Tidak kalah pentingya dengan selalu menampilkan jiwa tajdid dengan
selalu memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik
atau al mukhafadhotu ‘alal qodiimis sholih bil ahdi wabil jadiidil ashlah.
Dengan fungsi yang dimiliki IPNU-IPPNU sebagai wadah berhimpun, wadah
berkomunikasi, wadah aktualisasi dan wadah kaderisasi sekarang ini ternyata
belum cukup mampu menjadikan IPNU-IPPNU secara maksimal mendidik kadernya untuk
selalu menampilkan citra diri dan mencapai tujuan organisasi.
Ada empat poin penting yang terkandung dalam Visi IPNU-IPPNU yaitu
bertaqwa, berilmu, berakhlak mulia serta memiliki wawasan kebangsaan yang tidak
lepas dari tanggung jawab IPNU-IPPNU sebagai garda terdepan Nahdlatul Ulama
yaitu tegak dan terlaksananya Syari’at Islam menurut faham Ahlussunah Wal
Jama’ah yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945.
Melihat amanat dan tanggungjawab yang besar IPNU-IPPNU harus mampu
memanfaatkan posisi strategis dalam bidang garap yang dimiliki IPNU-IPPNU.
Sebagai wadah yang berpondasi kuat tentu saja tindakan pilah-pilih dalam
mengisi wadah kurang sesuai untuk dilakukan. Melihat realita, wadah besar ini
semakin sedikit yang merasa memiliki. Penurunan regeneraasi akibat problem
kaderisasi selalu menjadi factor utama. Apakah sistemnya yang terlalu kaku
ataukah tidak laku?
Dengan prinsip masuk lewat jalan mereka keluar lewat jalan kita
diharapkan rekruitmen anggota lebih bisa menyeluruh guna memberi kontribusi
nyata untuk kebaikan kehidupan bermasyarakat. Selamat belajar, berjuang,
bertaqwa.